Bangkit dari Mimpi, Terobosan Wisata Berbasis Lingkungan ala Kepala Desa Barania

Jalan lintas Provinsi yang membelah Perbatasan yang Malino, Kab Gowa dengan Kabupaten Sinjai tepatnya Kecamatan Sinjai Barat nampak bergelombang. Kecepatan kendaraan yang kami tumpangi perlahan merayap diantara jurang dan tebing.

 

Namun hal ini tak mengurangi Tim Sinergi Hijau P3E SUMA-KLHK beberapa saat yang lalu untuk berkunjung ke salah satu spot destinasi Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta peraih penghargaan Proiklim dari KLHK.

 

Desa Barania, tepatnya nama desa tersebut. Terletak sekitar 95 km dari Kota Makassar.

 

Rute yang kami lalui cukup perlahan sebab nampak sebahagian jalur dengan tanjakan lumayan terjal dengan tikungan patah serta kondisi jalan akhirnya kami lalui dengan cukup lumayan membutuhkan skill bagi yang akan menelusuri jalur perbatasan kedua kabupaten ini.

 

Untuk menuju Ke Desa Barania tersedia beberapa akses jalan, untuk rute terdekat bisa menempuh melalui jalur Sinjai Barat via Malino. Selepas wilayah Lembanna, Kanreapia akan kita temukan pertigaan dengan penunjuk arah Sinjai barat sebelah kanan. Jangan khawatir ikuti saja jalur tersebut atau jika ragu silahkan ikuti teknologi panduan dari Google Maps dengan titik lokasi Desa Barania.

 

Sepanjang perjalanan akan kita temui pemandangan yang menyejukkan mata. Selepas Kota Malino, Kec Tinggimoncong Kab Gowa, Kita akan jumpai aktivitas para petani sayur mayur yang beraktivitas dengan kearifan lokal. Nampak deretan perkebunan bawang, kol, labu siam hingga sawi, dengan deretan yang indah di perkebunan yang tertata dengan rapi.

 

Setelah menemukan patok simpang tiga, akan ditemukan penunjuk arah Desa Gunung Perak, Jl.Pendidikan  yang berbatasan langsung dengan Desa Barania.

 

Kita bebas mengikuti arah jalanan yang bercabang sebab kedua jalur tersebut tetap kembali menghubungkan tugu tapal batas Desa Barania dan Desa Gunung Perak.

 

Letak Desa Barania di Kabupaten Sinjai

Lokasi desa ini berjarak tempuh sekitar 90 km lebih serta dapat ditempuh dari jalur terdekat melalui Makassar ke Malino Kabupaten Gowa lewat jalur alternatif ke Sinjai Barat walaupun medan jalan agak sempit dan berbatu serta kelokan tajam.

 

Namun yakinlah kita akan disuguhi pemandangan yang indah sejak memasuki Kota Malino hingga ke Sinjai Barat melewati Gunung Perak.

 

Adapun jarak yang ditempuh sekitar 50 kilometer lebih jika lewat jalur Ibukota Kabupaten Sinjai ke Desa Barania.

 

Selain itu kita juga dapat mengaksesnya melalui jalur dari Kabupaten Bulukumba atau Kabupaten Bone.

 

Adapun untuk batas wilayah Desa ini di sebelah utara adalah Balakia, sebelah selatan Bonto Lempangan, sebelah timur Arabika, Sebelah Barat Gunung Perak.

 

Desa Barania yang terletak di Kecamatan Sinjai Barat, Kab.Sinjai ini juga dapat diakses linknya secara digital melalui website Desa Barania.id atau mengunjungi Instagram resmi @dewibarania (Desa Wisata Barania).

 

Dengan jumlah penduduk Desa Barania ini sebanyak 2356 jiwa dengan jumlah KK 702 jiwa menjadikan potensi dalam kebangkitan ekonomi kerakyatan.

 

Berkunjung ke Kediaman Kepala Desa Barania.

 

Selepas tugu kami mengikuti jalur ke arah Mesjid Jami Nurul Iman.  Dilokasi ini berdekatan dengan kediaman ‘sosok nakhoda’ Desa Barania.

 

Dengan suasana bangunan ornamen hijau serta sebuah rumah panggung yang berhadapan sawah dengan rimbunan yang hijau, Tim Sinergi Hijau berkesempatan bertemu langsung kepada sosok Kepala Desa yang telah menginspirasi membawa Desa Barania meraih penghargaan Desa Wisata dari Pemerintah Kabupaten Sinjai serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta sertifikat penghargaan kampung Proiklim dari KLHK.

 

Sosok Lelaki kelahiran 1972 yang terpilih pada periode ke-2 in, Dan kembali lagi diamanahkan menjadi Kepala Desa Barania.

 

Dengan ramah menyambut kedatangan Tim Sinergi Hijau P3E SUMA-KLHK. Siang itu, Firman M. Maddolangeng, S.Sos bersama  istri yang juga sebagai Ketua PKK Desa Barania Nurfida, S.Pd serta tim Pariwisata Desa Barania, Fadhil.

 

Diskusi ringan sembari mengutarakan maksud dan tujuan kami menyambangi Desa Barania.

 

Menurut Kades Barania, Lokasi Desa yang dinakhodainya ini mempunyai Spot wisata yang menarik serta pernah disambangi langsung oleh Kadis Pariwisata Sulsel, Bupati Sinjai hingga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

 

“Dalam kunjungan ke Desa Barania beberapa saat yang lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut juga menyempatkan menanam Pohon di areal Kampoeng Galung,”ungkap Firman, Kades Barania.

 

Kita akan melihatnya secara langsung  Keindahan yang dimiliki Desa Barania ini.

 

Beberapa titik lokasi antara lain, Kampoeng Galung, Kawasan Dataran Tinggi Agrowisata, Titik 1000 Maddakko, Pemerahan Sapi, Budidaya Ikan Mas, Komoditas Pertanian Beras Merah, Air terjun Salu Birayya hingga proses pembuatan gula merah dari Pohon Nira serta Kerajinan Pandai besi, dll.

 

Penasaran akan apa saja spot wisata dengan keramahan penduduknya, Ayo kita jelajahi.

 

Sejarah Desa Barania, Kec Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai

 

Dilansir dari portal resmi Desa Barania (http://desa-barania.com) Tertulis sejarah yang pertama kali merintis pemukiman adalah pendatang yang berasal dari kerajaan Turungeng (Tomannurungnge) di Soppeng Sinjai Barat yang kemudian membentuk perkampungan dengan maksud memperluas daerah kekuasaan yang kemudian diberi nama Pusanti.

 

Menurut sejarah sosok beliau diberi gelar ‘Puang Lohe’ dan To pa’Baranina Karaeng Turungeng, Setelah perkampungan terbentuk maka masyarakat dari berbagai daerah berdatangan untuk bercocok tanam di Pusanti.

 

Setelah perkembangan wilayah, selanjutnya pada media sekitar tahun 1960 hingga 1989 terbentuklah suatu Desa yang diberi nama ‘Bulu Salaka’ kemudian berubah nama menjadi ‘Desa Gunung Perak’ dan Pusanti masuk kedalam pemerintahan Adminstratif Desa Gunung Perak yang diberi nama Dusun Pusanti.

 

Kemudian bertransformasi pada tahun 1989 Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai akhirnya melakukan pemekaran Desa termasuk Desa Gunung Perak.

 

Hingga terbentuklah dari Dusun Pusanti ini dimekarkan menjadi sebuah Desa yang diberi nama ‘Desa Barania’.

 

Desa ini juga mempunyai 3 (tiga) dusun yakni Dusun Mattirohalia, Dusun Pusanti dan Dusun Kaddorobukua.

 

Sejak terbentuknya Desa Barania secara resmi, akhirnya roda pembangunan semakin melesat serta dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.

 

Beberapa permasalahan telah banyak terselesaikan, tetapi karena seiring perkembangan waktu serta luasan wilayah, jumlah penduduk, dukungan potensi, serta pemenuhan kebutuhan masyarakat, masih banyak program-program pembangunan yang harus dilaksanakan.

 

Adapun Kepala Desa yang pernah memimpin di Desa Barania secara berturut-turut adalah, Kepala Desa pertama M. Mustafa. HS pada periode Tahun 1989 s/d 2007 dan pada 2007-2008 kembali diamanahkan sebagai Plt. Kepala Desa.

 

Sosok kades pertama ini juga merupakan ayahanda dari sosok kades Firman M. Maddolangeng yang saat ini sementara menjalankan roda pemerintahan Desa untuk periode ke-2 M. Mustafa. HS.

 

Selanjutnya Nurdin, S.Ag. diamanahkan menjadi Kepala Desa pada 2008 s/d 2013 selanjutnya Abdullah. B. Diamanahkan sebagai PLT Kepala Desa pada 2014 s/d 2015 dan di Tahun 2016 s/d 2021 sosok milenial Firman M. Maddolangeng, S.Sos. kembali terpilih untuk memimpin Desa Barania.

 

Serta pada periode ke-2 ini ditahun 2022 kembali terpilih untuk kedua kalinya menjadi petahana sekaligus pemenang.

 

Pengabdian yang tak sia sia menghantarkan kembali petahana menjadi Nakhoda di Desa Barania.

 

Dengan karya dan aksi nyata akan menghantarkan kembali bersama warga masyarakat makin lebih maju, makin sejahtera lagi.

 

Mengunjungi Spot Kampoeng Galung

Mentari siang itu memancarkan cahayanya, panasnya tak begitu terik ketika kami memasuki areal sebuah gerbang bambu yang menunjuk ke arah lokasi Kampung Galung

 

Pos masuk dengan tarif sebesar 2000 rupiah sangat terjangkau sekali untuk harga sebuah destinasi spot wisata yang sudah tersohor di tingkat Nasional.

 

Hamparan sawah luas yang bertingkat serta semilir angin di areal persawahan ini menambah perasaan makin sejuk.

 

Sesekali kepak burung bangau putih melayang layang mencari ikan diantara gemericik air tanaman padi.

 

Nampak bunga yang mekar berwarna warni dengan hilir mudik para pemuda pemudi Desa Barania hingga Desa-desa sekitar.

 

Canda anak anak kecil berlari diantara pematang sawah nampak riang, bercengkrama bersama rekan sebaya menjadi suatu kesenangan tersendiri masa kanak- kanak.

 

Menurut Bung Fadhil yang menemani kami berkeliling, Tak bisa dipungkiri beberapa bulan yang lalu kunjungan wisatawan agak menurun dimasa pandemi.

 

“Namun, memasuki saat ini, kunjungan mulai menggeliat,”ungkapnya lagi saat berdiskusi di atas Gazebo dengan view Kolam Renang ditengah persawahan.

 

Menurutnya, Tentunya kami tetap mengingatkan pengunjung agar tetap mematuhi protokol kesehatan dalam berkunjung ke salah satu titik wisata di Desa Barania ini.

 

Semangat inisiasi Kades Barania Firman M bersama sama warga Desa Barania dengan kekompakan akhirnya mendorong Pemkab Sinjai melalui Bupati Sinjai A. Seto Ghadista Asapa, SH., LLM. bersama jajarannya dalam mendorong Desa Barania menjadi salah Desa Wisata di Sinjai.

 

Hingga akhirnya, sosok Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkunjung langsung ke Desanya.

 

Dan puncaknya Desa Barania mendapatkan status sebagai Desa Wisata Barania akhirnya ditetapkan menjadi Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

 

Kisah Inspiratif, Mimpi hingga Ide Membelah Sawah Di Kampoeng Galung

 

Pemekaran Dusun Barania menjadi Desa sekitar tahun 1980-an, Sebelumnya dalam satu pemerintahan Adminstratif bersama Desa Gunung Perak.

 

Menariknya, Sebelum menjabat Kepala Desa Barania, ternyata sang ayah dari Kades terpilih ini telah diamanahkan dalam memangku Kepala Desa selama sekitar 4 (empat) periode.

 

Rupanya buah tak jauh jatuh dari pohonnya, talenta kepemimpinan Sang Ayah akhirnya menitis kembali lewat anaknya saat ini yang menahkodai Desa Barania.

 

Kisah dari Kampoeng Galung ini sarat kisah inspiratif yang akan dituangkan dalam sesi wawancara khusus secara langsung oleh Kades Barania. Penasaran tetap ikuti kisahnya, yah.

 

Kampung Galung yang disematkan pada salah satu destinasi yang dikunjungi Menteri Sandiaga Uno ini secara harfiah berasal dari kata ‘Galung’ yang berarti sawah. Dikarenakan lokasi ini   banyak sawah yang mengelilingi serta gazebo- gazebo yang mengelilingi, nampak seperti ‘Kampung’.

 

Wisata Kampung Galung ini berdiri sejak 2018, terletak di Dusun Pasenti, desa Barania, Kec.Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.

 

Bermula saat Sang Kepala Desa melakukan studi di Bandung sekitar Tahun 2017 tepatnya dilokalisi Maribaya.

 

Sejak pulang dari Studi Banding tersebut, akhirnya terbesit mimpi untuk memaksimalkan lahan persawahan dengan view yang tak kalah indahnya dari Maribaya di Bandung.

 

Hingga akhirnya dilakukan rintisan pembangunan ‘Kampung Galung’ secara ‘step by step’ dari swadaya masyarakat langsung.

 

Menurut Kades Barania, Firman M. Maddolangeng bahwa hal kebutuhan dasar masyarakat adalah yang paling dasar dan seyogyanya mendapatkan perhatian dahulu.

 

“Mulai dari sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi,” ungkapnya lagi.

 

Serta untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) terdiri dari produk- produk unggulan seperti; Beras Merah Taddaga, kemudian usaha Penggemukan Sapi dan juga usaha sayur sayuran yang merupakan salah satu tujuan utama dari segi ekonomi.

 

Dengan semangat gotong royong serta meyakinkan beberapa warga yang semula pesimis menjadi optimis.

 

Hingga menjadikan destinasi Wisata alam berbasis kearifan lingkungan ini dapat terlaksana dengan baik dari dukungan semua pihak.

 

Tentunya peran serta tokoh-tokoh masyarakat Kepala dusun, Babinsa TNI Desa Barania, Binmas Polri Desa Barania hingga tokoh pemuda dan seluruh warga yang baju membahu hingga terwujudnya mimpi dari kunjungan studi banding ini.

 

Pengorbanan masyarakat Desa Barania

 

Patut diapresiasi, bagaimana tidak harta tak bergerak ya g menjadi salah satu penghasil keuntungan dalam pertanian Padi, Masyarakat secara sukarela menyumbangkan sebahagian lahan sawahnya untuk pembuatan jalan yang membelah areal persawahan ini.

 

Membuat kita terharu adalah lahan yang disumbangkan untuk pembuatan jalan Kampung Galung tersebut didapatkan secara cuma-cuma.

 

Disini kita dapat belajar mengambil hikmah akan nilai keikhlasan.

 

Menariknya, Kawasan Kampung Galung ini dibangun bermula dari ide mimpi ‘Membelah Sawah’.

 

Ya sudah tentu inilah harga dan komitmen dari mimpi disertai sebuah keinginan yang kuat demi Kemajuan Desa dan mendongkrak ekonomi kreatif dari Masyarakat Barania.

 

Dahulu, sebelum jalanan telah rampung, butuh perjuangan.

Bagaimana tidak, Dibutuhkan 1 (satu) hingga 3 (tiga) Hari   untuk memobilisasi Hasil panen padi keluar ke wilayah ini. Tentunya tenaga hewan kuda menjadi pilihan dikarenakan medan yang berat dalam mengakses lokasi ini.

 

Namun ketika jalanan yang membelah sawah di Kampung Galung ini telah jadi. Masyarakat menjadi sangat terbantu dikarenakan aksebilitas yang makin mudah dari areal persawahan ke rumah rumah penduduk hingga ke pusat kota Kabupaten Sinjai.

 

Tarif murah bikin takjub

Dengan Akses Yang Sangat mudah untuk Kendaraan bermotor dari roda dua, roda tiga hingga roda empat.

 

Wisata Kampong Galung buka setiap hari, jadi para pengunjung dapat datang kapan saja.

 

Namun waktu yang tepat untuk berkunjung kesana adalah pukul 16.00, jadi kita dapat melihat-lihat pemandangan Kampoeng Galung sambil menunggu matahari terbenam (Sunset).

 

Oh ya! Jangan lupa untuk masuk ke Kampung Galung ini kita akan dikenakan retribusi sebesar 2000 rupiah.

Sangat terjangkau, seperti tarif parkir motor di jalanan umum Kota Makassar.

 

Pun untuk tarif penyewaan Gazebo dikenakan tarif 20.000 per jam. Tarif yang tak mahal terlebih anda akan menikmati suasana tenang alam pedesaan dengan gemericik air yang mengalir di hamparan sawah bak permadani hijau.

 

Dijamin para pengunjung tak akan merasa bosan. Terlebih harga tiket masuk sangatlah terjangkau atau cukup murah.

 

Menurut Kades Firman, menikmati suasana indah tak perlu membayar mahal seperti ditempat lain, tempat ini cocok dinikmati bersama keluarga. Terbuka bagi semua kalangan tanpa memandang status ekonomi dan status sosialnya namun tetap memperhatikan kaidah dan norma nilai nilai positif serta kearifan lokal yang berlaku di Desa Barania.

 

Disini juga terdapat Pemandangan Sawah yang berundak atau jamak disebut ‘Terasering’.

 

Frame foto yang Instagramable dangan sudut pengambilan foto yang tak membosankan dari berbagai sudut.  Apalagi swafoto ataupun bersama kerabat dan handai taulan momentum kebersamaan patut diabadikan.

 

Jangan lupa momen matahari terbenam sembari menunggu sunset, menjadikan saat saat yang begitu dinantikan pada sore hari.

 

Di Dalam Kampoeng Galung ini juga terdapat beberapa fasilitas penunjang antara lain, kolam renang dengan harga dan fasilitas yang sangat terjangkau berkisar 5.000 hingga 10.000 rupiah dari Anak-anak hingga Dewasa.

 

Untuk air kolamnya jangan ragu, disini tak memakai bahan kimia untuk penjernih, sebab mata air yang diambil berasal dari sumber air langsung dari pegunungan dan tetap mengalir sepanjang waktu ke dalam kolam renang tersebut.

 

Disini juga terdapat beberapa buah gazebo serta dengan warung kopi dan aneka makanan khas serta pilihan kuliner ikan air tawar yang segar baru ditangkap namun khusus bulan Ramadhan, warung tersebut tutup.

 

Lokasi ini juga terintegrasi dengan pola perpaduan peternakan dan perikanan, sehingga pengunjung dapat menjumpai ikan mas atau ikan air tawar lainnya yang berada di areal persawahan yang menambah daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

 

Berburu Sunrise di Titik 1000 Kawasan Agrowisata Maddakko

Selepas subuh kami bergegas menyiapkan peralatan fotografi.

 

Sebuah Drone tampak bersiap untuk berselancar diudara.

 

Tak lupa baterai kamera DSLR hingga tripod serta lensa telephoto disiapkan untuk berburu momen munculnya sang mentari pagi.

 

Perjalanan kami awali dari sebuah lokasi homestay di Desa Barania ini.

 

Buat pengunjung bersama keluarga yang ingin menginap disini juga dapat ditemui beberapa homestay yang dikelola secara mandiri dan profesional oleh penduduk setempat.

 

Untuk tarif dan makanan, usah khawatir, harga masih terjangkau tergantung kebutuhan menu sang tamu.

 

Pak Thayeb, Sang pemilik homestay yang kami tempati ini sangat ramah bersama istri, terlebih suasana sangat nyaman serasa berada di rumah sendiri.

 

Oh ya, untuk menu makanan sangatlah lengkap mulai dari ikan bakar khas air tawar hingga sajian beras merah plus sayuran segar yang siap menggoyang lidah.

 

Tak lupa secangkir kopi dapat kita seruput takkala cuaca angin malam dari Gunung Bawakaraeng datang menerpa di selasar homestay tempat kami bercengkrama sambil berdiskusi.

 

Setelah segalanya siap, perlahan kendaraan yang kami pakai berjalan agak laju namun tetap berhati hati, berhubung hari masih pagi buta agar berpacu bersama Matahari untuk tepat menyapanya disaat dia muncul dari ufuk timur.

 

Sebuah bangunan berbentuk kotak merupakan tempat spot yang telah disediakan oleh pihak Desa Barania.

 

Dengan tangga kayu serta lantai dari bilah bambu,

Disini kita dapat menunggu kehadiran sunrise dengan tepat.

 

Nampak beberapa pemuda milenial dari Desa Barania turut menantikan kehadiran sang surya di pagi buta ini.

 

Semburat merah perlahan muncul dengan indah. Sesekali cuitan burung burung nampak seperti kegirangan melihat seberkas sinar yang menghampiri.

 

Gugusan lansekap pegunungan Bawakaraeng nampak indah disertai lembayung merah jingga. Sangat romantis dan Indah

 

Nampak siluet hadir begitu indah diantara gunung gunung yang menjulang bak memeluk wilayah Kecamatan Sinjai Barat ini.

 

Setelah mengambil beberapa spot serta bergeser ke tempat di samping padang ilalang dengan bongkahan batu yang eksotis. Bayangan pohon Pinus diterpa cahaya merah. Bersamaan itu pula, dedaunan disekelilingnya ikut bergoyang tertiup angin diiringi kicauan burung burung. Tentunya makin menambah kesan indah dan menakjubkan.

 

Matahari perlahan telah tergelincir, kami pun bersiap untuk mengarungi titik berikutnya.

 

Menjelajah Suara Gemericik di Air Terjun Salu Birayya

Berikutnya Tim Sinergi Hijau kemudian menjelajahi air terjun Salu Birayya.

 

Menariknya setelah menikmati sajian bentang alam dari Sunrise titik 1000 Maddakko. Dan lansekap Kampoeng Galung dengan wisata sawah yang eksotis.

 

Di Desa Barania ini juga memiliki destinasi wisata lainnya, yaitu Air Terjun Barania, tepatnya berada di Dusun Mattirohalia yang berjarak 1 kilometer dari Kampung Galung.

 

Dijumpai sebuah papan baliho bertuliskan Air Terjun Salu Birayya saat memasuki sebuah jalan setapak dengan paving blok yang tersusun rapi.

 

Memasuki wilayah ini, kita akan jumpai pesan-pesan lingkungan melalui baliho yang terpasang. Pun sama dengan kawasan di Kampung Galung antara lain berpesan tentang membuang sampah pada tempatnya, baliho lamanya terurai untuk sampah plastik dan sampah kemasan lainnya yang akan sulit terurai selama sekian puluh tahun.

 

Deretan pohon Bambu nampak kokoh disisi jalan yang menghubungkan jalan poros dan lokasi air terjun.

 

Sangat sejuk sembari mendengarkan sayup sayup suara gemuruh air terjun dari kejauhan.

Tak cukup 15 menit dari poros jalan raya, kita akan menjumpai pemandangan yang sangat eksotis khas air terjun.

 

Gumpalan air berbuih terjun bebas dari ketinggian dengan suara gemuruh. Sesekali burung air menyambar permukaannya.

 

Lelah berjalan di bebatuan sungai, kita dapat bersantai ria di gazebo bambu yang disediakan.

 

Dan jika Ingin turun langsung menikmati sejuknya air terjun, tetaplah berhati-hati jika melintasi bebatuan sungai.

 

Siapkan bekal makanan yang cukup, jangan lupa buanglah sampah kemasan pada tempat sampah yang telah disediakan.

 

Jangan sampai kita meninggalkan sampah saat kita mengunjungi suatu wilayah.

 

Bijaklah dalam mengelola sampah yang dihasilkan oleh kita sendiri, oleh orang orang terdekat kita. (Foto: P3E Suma)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *