Makassar, Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi dan Maluku Kementerian Lngkungan Hidup/ Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Dr. Azri Rasul, S.K.M., M.Si., M.H. saat menghadiri kegiatan Eco Pesantren, Sabtu (26/08) di Pesantren Immim Kab. Maros.
“Kenapa Kita Harus Peduli Lingkungan? hal ini bukan sekadar IImu, tapi adalah amalan, sebab menjaga lingkungan itu merupakan kewajiban kita, bagian dari iman, serta jangan lupa untuk kenyamanan kita bersama, jangan lupa bumi yang kita huni ini adalah titipan dari Allah SWT, yang harus kita jaga bersama,” tuturnya didampingi Kepala Subbag TU Pusdal LH SUMA-KLH, Rina Triany Muchsin M.A.P.
Lebih lanjut bahwa Perlu diingat secara bersama, poin-poin utama Lingkungan Hidup untuk Eco Pesantren antara lain; Pengelolaan Sampah Terpadu, Konsevasi dan Penghematan Air, Integrasi Pengelolaan Lingkungan Hidup ke dalam Kurikulum dan Nilai-nilai Pesantren, Konservasi dan Efesiensi Energi, Pengelolaan Limbah Cair Domestik, Penghijauan dan Keanekaragaman Hayati.
Pengelolaan lingkungan hidup kini menjadi isu krusial yang perlu diintegrasikan ke dalam setiap sendi kehidupan, termasuk di lembaga pendidikan seperti sekolah dan pesantren. Sinergi antara pesantren, pemerintah, dan masyarakat dalam mengelola lingkungan dapat memperkuat peran pesantren sebagai pusat pendidikan, moral, dan pemberdayaan masyarakat yang holistik.
Pesantren memiliki posisi strategis untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan nilai-nilai keagamaan yang mengedepankan kebersihan dan penjagaan alam, pesantren dapat membentuk karakter santri yang peduli lingkungan atau Eco Pesantren.
Para santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga praktik nyata untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan alam.
Berbagai bentuk sinergi dapat diterapkan untuk mewujudkan hal ini. Kerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup, dapat membuka akses ke program-program edukasi, pelatihan, dan bantuan teknis. Kolaborasi dengan akademisi dan universitas bisa menghasilkan inovasi teknologi ramah lingkungan yang bisa diterapkan secara mandiri, seperti pengolahan limbah menjadi pupuk kompos atau biogas.
Pada akhirnya, sinergi ini akan melahirkan “Eco-Pesantren” sebuah model pendidikan yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga menjadi percontohan dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
“Sehingga diharapkan pesantren nantinya tidak hanya mencetak generasi yang beriman dan berilmu, tetapi juga berkarakter, peduli, dan bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan lingkungan,” pesan Dr. Azri Rasul mengakhiri pertemuan dihadapan ratusan peserta.