Kolaborasi Pusdal LH SUMA-KLH dan Kemenkeu Perwakilan Sulsel: “Zero Waste Office Ubah Sampah Jadi Berkah”

Makassar, Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi Maluku – Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Perwakilan Sulawesi Selatan menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Kemenkeu Satu Open Class Kolaborasi: Zero Waste Office, Mengubah Sampah Menjadi Berkah”. Acara ini diselenggarakan secara hybrid dengan lokasi utama di Aula Rongkong, Gedung Keuangan Negara I Makassar, pada Selasa, (23/09).

 

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran bahwa masalah lingkungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya individu. Perhelatan kolaborasi untuk Indonesia Bebas Sampah sesuai semangat Asta Cita Bapak Presiden serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029 sebagai fondasi awal dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

 

Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Kepala Pusat Pengendalian LH Sulawesi Maluku – KLH Azri Rasul bersama Kasubbag Tata Usaha Pusdal LH SUMA Rina Triany Muchsin. Hadir pula Kepala Perwakilan Kemenkeu Sulawesi Selatan, Wibawa Pram Sihombing serta Kepala Kantor Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi dan Barang Milik Negara (TIK dan BMN) Makassar, Ikhwan Mahmud dan dimoderatori oleh Kusuma Aji Nugraha, Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Makassar.

Ancaman Sampah di Kehidupan Kita: Saatnya Lakukan Aksi Nyata

Dalam sambutannya,Kapusdal LH SUMA – KLH Azri Rasul menjelaskan Pusdal LH SUMA-KLH   adalah satu dari 6 (enam) kantor KLH/BPLH RI yang berada di luar Jakarta. “Wilayah kerjanya mencakup 8 (delapan) Provinsi di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku dengan total 102 Kabupaten Kota di wilayah kerja. Mengemban tugas memastikan seluruh kebijakan KLH /BPLH RI agar dapat berjalan dengan baik di daerah,” terang Kepala Pusat Pengendalian LH SUMA-KLH.

Azri Rasul kembali menjelaskan, “Kami ingin menjadikan kantor Kemenkeu ini sebagai percontohan pembelajaran,” ujarnya. Ia menekankan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah, yang tidak hanya menyelamatkan lingkungan tetapi juga dapat menghasilkan nilai ekonomi.

 

Target Bapak Presiden melalui KLH/BPLH RI untuk mengelola 100% sampah pada 2029. Saat ini, rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan 0,5 kg sampah per hari, dengan perkalian jumlah seluruh penduduk indonesia saat ini, maka hasilnya  tentu akan fantastis.

 

Sebagai ilustrasi, ia menyoroti kondisi di Makassar, Kota Metropolitan yang menghasilkan 1.000 ton sampah setiap hari. “Namun, hanya 700 – 800 ton yang terkelola. Sisanya, sekitar 200-300 ton, berakhir mencemari laut, Adapun sisa sampah tersebut seringkali dapat mencemari sungai dan laut.  jika seluruh Kabupaten/Kota menhasilkan sampah di Indonesia secara masif maka menjadikan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik laut. “Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara pencemar laut terbesar di dunia setelah Tiongkok,” tambahnya.

 

Untuk mengatasi masalah ini, Kita tidak hanya fokus menyerahkan kepada pemerintah, peran segala sektor mulai pelaku usaha, sekolah, kampus, pasar hingga masyarakat umum sangat berperan.

 

Kapusdal LH SUMA – KLH ini kembali mengungkapkan bahwa Kemenkeu Perwakilan Sulawesi Selatan menjadi kantor pertama yang berkolaborasi dengan Pusdal LH SUMA – KLH. “Sejak tahun 2006, kami telah menginisiasi program serupa yakni EcoOffice. Diharapkan Kantor Kemenkeu ini akan menjadi kantor percontohan untuk pembelajaran, yang bisa menginspirasi instansi kantor-kantor yang lain” katanya.

 

Ia berharap inisiatif kolaborasi ini dapat mengubah perilaku masyarakat, dari membuang sampah menjadi memilahnya untuk diolah. Hal ini tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru.

 

Solusi Nyata Perangi Sampah Dari Lingkungan Kerja

Wibawa Pram Sihombing selaku Kepala Perwakilan Kemenkeu Sulawesi Selatan, menegaskan bahwa perubahan harus dimulai dari lingkungan terdekat. Ia mengajak seluruh pegawai untuk mengimplementasikan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle. “Kita bisa memulai dari hal kecil. Kurangi konsumsi plastik, bawa tumbler pribadi, dan pilah sampah,” tuturnya.

Menurutnya, digitalisasi telah berhasil mengurangi penggunaan kertas, dan langkah selanjutnya adalah mengelola sampah. Kegiatan ini juga menargetkan perubahan perilaku, seperti mengurangi sisa makanan dan memilah sampah. “Kami akan mengadakan lomba antar kantor siapa yang paling sedikit menghasilkan sampah,” tambahnya.

 

Kepala Perwakilan Kemenkeu Sulawesi Selatan kembali menyatakan harapannya agar upaya dan langkah inisiatif untuk bumi ini tidak hanya berhenti di kantor saja, tetapi juga dapat diterapkan di rumah kita masing-masing.

 

Jadikan Sampah Bernilai Ekonomi Sirkular

Sementara itu, saat sesi praktek lapangan sebagai bagian dari program ini, para peserta diajarkan cara memilah sampah, membuat kompos, dan memanfaatkan kembali barang-barang bekas.

 

Azri Rasul kembali menjelaskan bahwa sampah yang telah dipilah, seperti kertas dan botol, dapat dijual kepada bank sampah. “Sampah yang dikelola dengan baik memiliki nilai ekonomi. Ini adalah cara kita menjadikan sampah sebagai berkah,” kunci Azri Rasul dihadapan peserta didampingi Kasubbag TU Pusdal LH SUMA – KLH, Rina Triany Muchsin.

“Kolaborasi ini diharapkan menjadi contoh bagi instansi lain dan masyarakat luas untuk kita secara bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan, untuk generasi selanjutnya,” tambah Rina Triany Muchsin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *