Sungai Menjadi Titik Picu Pusat Peradaban Besar Dunia

Hal tersebut diungkapkan oleh Korwil UPT Satker LHK SulSel/Kepala P3E SUMA KLHK, Dr. Darhamsyah saat menghadiri Kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Forum DAS Kabupaten Gowa dalam mendukung adaptasi perubahan iklim terhadap ketersediaan air baku Mamminasata pada Rabu (30/08/2023) di JI. Tirta Jeneberang, Tompobalang, Kab. Gowa

Dijelaskannya lagi bahwa,

Semua peradaban besar dan berkembang bermula dari sungai.

“Contohnya sungai Nil di Mesir, Sungai Yangtze di RRC hingga Sungai Jeneberang di Gowa ini,” Jelasnya.

“Jika kita ingin membangun peradaban besar maka jagalah sungainya,” tambahnya.

Darhamsyah yang juga aktif sebagai leadership and eco-life coach kembali Mengapresiasi apa yang dilakukan hari ini.

Diutarakannya bahwa sangatlah besar dampak dan pengaruh perubahan iklim hingga  kekeringan atau El Nino yang  melanda Indonesia saat ini. Apalagi terhadap ketahanan daya dukung sumber daya air bagi kehidupan secara global.

“Terimakasih juga kepada Forum DAS bersama USAID yang telah mencurahkan tenaga dan sumbangsihnya dalam keberlangsungan pemanfaatan sumber daya air ini,” tutupnya.

Senada hal tersebut, Sambutan Ketua Forum DAS SulSel, Dr. Usman Arsyad mengungkapkan bahwa dahulu Babylonia adalah salah satu kerajaan besar dengan lembah yang paling subur terletak diantara sungai tigris dan sungai eufrat.

“Namun Babylonia hancur karena tidak memperhatikan rusaknya sumber daya alam.  Dengan rusaknya sumber daya alamnya sejalan juga dengan rusaknya aliran sungai di wilayah tersebut,” terangnya.

Permasalahan dalam DAS antara lain; konservasi lahan, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, erosi dan banjir hingga kekeringan.

“Termasuk juga adaptasi masyarakat dan tumbuh tumbuhan,” tuturnya.

“Ketahanan air ditentukan oleh ketahanan DAS.

Antara lain isinya hutan sungai hingga unsur Masyarakat. Kita semua harus berkoloborasi dengan menjaganya,” ungkap Ketua FORDAS SulSel ini.

“Kuncinya adalah dengan kolaborasi. Bersama Forum DAS Kabupaten Gowa dan USAID akan siap optimis dan optimis menjadi terdepan di SulSel,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Forum DAS Kab. Gowa, Dr. Rachmansyah Mengapresiasi langkah langkah kepada teman teman yang telah bekerja menjaga kehidupan ekosistem yang luas di alam.

Dikatakannya kembali bahwa FORDAS Kab Gowa merupakan bagian penting dari Mamminasata.

“Bagaimana melihat jeneberang ini sebagai sumber air baku di kawasan Mamminasata,” jelas Ketua FORDAS Kab Gowa ini.

100 persen kebutuhan air dari Bili-bili. Tangkapan air atau catchmen area airnya berada di Kabupaten Gowa

“Kita juga melihat pentingnya potensi DAS dan penghijauan sebagai faktor keberlangsungan kehidupan,” tuturnya.

Gowa mengajak Makassar, Maros dan Takalar melalui kekuatan pikiran untuk mendorong secara bersama-sama.

Mengapa sangat penting hal ini. Meyatukan langkah bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pertemuan yang digagas ini.

100 persen kebutuhan air dari Bili-bili. Tangkapan air atau ‘Catchment area’ berada di Kabupaten Gowa.

“Kita mendorong Perda Jasa Lingkungan terkait Air ini. Seperti Lekopaccing di Maros yang notabene airnya juga digunakan di Kota Makaasar,” imbuhnya di hadapan peserta.

Sementara itu Blandina, dari USAID IUWASH Tangguh dalam penjelasannya Khusus sungai Jeneberang ini kebutuhannnya apa saja, seperti jangka pendeknya adalah vegetasi hingga jangka panjang seperti sumur resapan.

“Hal Ini dikembangkan secara bersama-sama dengan  melihat sumber air dari Hulu hingga hilir termasuk sanitasi jangan sampai mencemari sumber air,” pungkasnya.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Forum DAS Kabupaten Gowa dan USAID IUWASH dihadiri dari Dinas PUPR Kab. Gowa, PT PLN PLTU Tello, PDAM Kota Makassar, PDAM Tirta Jeneberang Kab. Gowa, PT GMTD, PERBANAS, PT Mayora, CPI, Komunitas Danau Mawang dan lain lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *