Plt. Kepala P3E SUMA KLHK Kunjungi Teaching Factory Ecotourism di Selayar, Ini Agendanya

Selayar, Angin laut menerpa kami saat menapakkan kaki di dermaga kecil di sudut Pelabuhan Rauf Rahman, Kota Benteng,  Kabupaten Kepulauan Selayar. Jika menoleh kekanan, nampak  deretan warung ikan bakar fenomenal ‘nasi santan dan ikan bakar plus sambal wuluh pedas rica rica’.  Untuk rasa jangan ditanyakan lagi…

Perjalanan kami mulai dari bibir dermaga dengan menaiki perahu katinting. Cukup lega untuk kapasitas perahu dengan jumlah 6  (enam) orang.

Perlahan perahu sampan dengan 1 (satu)  mesin perlahan menyusuri deburan ombak menuju  pulau Pasi Gusung. Yah, sebuah tempat destinasi wisata sekaligus tempat pembelajaran konservasi alam.

Suatu perpaduan yang sangat pas. Di pulau ini telah digunakan sebagai ‘Teaching Factory  Ecotourism’. Diketahui Pasi Gusung ini merupakan sebuah pulau kecil dengan pemandangan mempesona, terlebih saat senja menyongsong. Dengan taburan pasir putih yang menggoda mata. Kawasan ini terletak di kawasan Bontolebang Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Setelah menghabiskan waktu tempuh sekitar 30 menit, sampailah rombongan kami di dermaga Pasi Gusung. Di awal terasa lumayan menggoda karena angin laut mulai berhembus sedikit menimbulkan riak gelombang.

Sambaran camar laut nampak dari kejauhan saat juru mudi kapal ‘katinting’ menambatkan perahunya di bibir dermaga.

Ketika memasuki  Pulau Pasi Gusung ini, tim kami dimanjakan dengan rimbunan pohon nyiur melambai, yang berderet berbaris rapi di pantai. Rupanya buah kelapa muda telah yang telah dipetik oleh warga pulau, menambah indah dan maknyusnya acara berbuka dengan owner di lokasi ini. Muh Arsyad, owner dari Hotel Rayhan Square, memberi nama tempat ini dengan sebutan Pasi Gusung Ecotourism.

“Saya ingin ini berpihak selalu  pada alam dan  lingkungan. Kami hadir menjadi bahagian dari konservasi alam pada daratan dan lautan,” jelas Arsyad.

Sekaligus sebagai tempat praktek bagi mahasiswa dan pihak Unhas juga sangat mendukung keberadaan ‘teaching factory ecotourim’ ini.

‘Lokasi Ecotourism  ini memiliki luasan sekitar 10 hektar,” ujar Arsyad yang juga alumunus  Fak.Ekonomi, Unhas dan Pengurus IKA Kab. Kepulauan Selayar.

“Pihaknya  juga sangat mengapresiasi pihak TN TakaBonerate  KLHK yang mendorong pengembangan potensi lokal dalam pengembangan potensi ‘eco tourism’ dan edukasi bagi masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu,  Plt. Kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Raduan., MAP menerangkan di sela-sela kegiatan kunjungan ke ‘teaching factory’ sekaligus ‘field trip’ dan penanaman pohon sukun.

Menurut Raduan,  kedepannya kita  bisa juga memadukan konsep konservasi bagi para pengunjung pemerhati konservasi ini, seperti; melepas tukik hingga melakukan penanaman mangove dan sebagainya. Ditambahkannya bahwa Pasi Gusung ini termasuk dalam area cagar biosfer dan merupakan pula bagian dari zona transisi. Sebagaimana diketahui bahwa Cagar Biosfer Taka Bonerate memiliki zonasi yakni area inti (kawasan TN Taka Bonerate), area penyangga, dan area transisi.

Sementara itu, Plt Kepala P3E SUMA KLHK , Ir.Jusman  kembali melakukan Penanaman bibit pohon sukun di wilayah ‘teaching factory’ .

Dengan bibit pohon setinggi hampir 80 senti meter sukses ditanam sore itu.

Menurutnya,  program penanaman pohon juga merupakan salah satu program  dari KLHK dan Program menanam bahan sumber pangan  di Provinsi Sullawesi Selatan. Berpadu temaram cahaya mentari kemerahan di ufuk barat, diiringi bunyian cangkul beradu di pasir yang lembut. Tak lupa  memastikan ada lubang kecil di polibek plastik hitam. Sekaligus rumah sementara sukun kecil itu tinggal.

Bibit bibit akhirnya ditanam bersama. Tak ketinggalan Mantan  Kepala Balai TN Taka Bonerate, Ahmad Yani turut  berpartisipasi dalam kegiatan penanaman ini.

Teringat  perkataan senior rimbawan yang satu ini, Rimbawan sejati tak pernah berhenti mengabdi untuk negeri.

“Kerja-kerja di dunia konservasi tak akan pernah habis hingga  dunia ini kiamat,  kecuali kita sendiri  yang berakhir,” pesannya.

“Waktu itu ibarat pedang, jika mampu digunakan maka bisa bermanfaat bagi apa saja.Jika tidak maka akan sia sia,” pungkasnya.

Kegiatan ‘field  trip dan penanaman pohon’  ditutup dengan buka  puasa bersama dan shalat magjrib berjamaah. Bunyi jangkrik dan deburan ombak memecah kesunyian malam itu.

Membekas diingatan bagi peserta  sekaligus memanggil datang para pahlawan konservasi,  melakukan studi lapangan  di ‘teaching factory  ecotourism’  pasi gusung  untuk alam indonesia yang kita cintai.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *